4 Alasan Elon Musk Batal Beli Twitter Rp 652 Triliun

CEO Tesla, Elon Musk mengumumkan bahwa dia batal merampungkan transaksi pembelian atau akuisisi Twitter senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 652,6 triliun (kurs Rp 14.833).

Hal ini disampaikan Musk melalui kuasa hukumnya dalam sebuah dokumen yang dikirimkan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) alias SEC belum lama ini.

Dalam dokumen SEC disebutkan bahwa Musk tidak jadi membeli membeli media sosial berlogo “burung” tersebut karena Twitter melanggar sejumlah peraturan ketika proses negosiasi berlangsung.

Lantas, apa alasan Elon Musk batal membeli Twitter? Setidaknya ada dua alasan utama dan dua alasan eksternal lainnya yang melatarbelakangi Musk membatalkan kesepakatan akuisisi Twitter.

1. Jumlah akun bot dan spam tak jelas

Alasan utama dibalik pembatalan akuisisi ini adalah karena jumlah akun robot (bot) dan akun palsu (spam) di Twitter yang tak bisa diverifikasi oleh Elon Musk.

Seperti diketahui, Musk pertama kali menawar untuk membeli Twitter pada 13 April 2022. Lalu, pada 26 April, Twitter mengumumkan bahwa pihaknya telah menandatangani perjanjian definitif untuk diakuisisi oleh Elon Musk.

Dengan ditandatanganinya perjanjian definitif itu, artinya Elon Musk telah resmi membeli jejaring sosial yang didirikan oleh Jack Dorsey itu.

Namun, pada Mei 2022, Twitter dan Musk berselisih soal data akun bot dan spam yang beredar di platform mikroblogging itu.

Mulanya, Twitter mengeklaim bahwa total akun bot/spam yang beredar di platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active user/mDAU).

Namun, Musk meragukan data tersebut dan memprediksi total akun bot/spam yang beredar 20 persen dari total pengguna, alias lima kali lebih banyak dari klaim Twitter. Sebab itulah, Musk meminta Twitter membuktikan klaimnya.

Musk mengancam akan membatalkan proses akuisisi Twitter karena Twitter belum juga memberikan data sesuai permintaan Musk.

Pada Juli 2022 ini atau berselang hampir dua bulan sejak Musk pertama kali meminta data terkait jumlah akun spam dan bot, Twitter masih belum dapat memenuhinya.

Baca Juga  Vivo Y35 5G Diluncurkan Dengan Chipset Dimensity 700

“Selama hampir dua bulan, Musk telah meminta data dan informasi yang diperlukan untuk ‘membuat penilaian independen terhadap prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter,’” tulis kuasa hukum Musk, dikutip KompasTekno dari CNBC, Senin (11/7/2022).

“Namun, Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi ini,” imbuh Musk via tim legalnya.

Di samping itu, tim legal Musk menyebutkan bahwa Twitter juga terkadang mengabaikan dan menolak permintaan keterbukaan informasi bisnis Twitter yang diajukan Musk dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan.

“Terkadang Twitter menyatakan untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak berguna bagi Elon Musk,” kata Mike Ringler, salah satu tim legal Elon Musk.

Padahal, dalam kontrak kesepakatan akuisisi, Musk memang masih dapat meninjau dan meminta data dan informasi yang penting bagi bisnis Twitter sebelum Musk menyelesaikan transaksi pembelian Twitter.

Karena tak bisa memberikan data akurat soal jumlah akun spam dan bot, Twitter dinilai gagal memenuhi kewajibannya akuisisi tersebut. Inilah yang membuat Elon Musk memutuskan untuk batal membeli Twitter.

2. Pemecatan karyawan Twitter tak seizin Musk

Alasan kedua Elon Musk memutuskan tak jadi membeli Twitter adalah gara-gara kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penangguhan perekrutan karyawan baru Twitter belum lama ini.

Menurut laporan Wall Street Journal (WSJ), perusahaan mikroblogging tersebut memangkas 30 persen atau sekitar 100 karyawan di divisi perekrutan.

Menurut Ringler, kebijakan tersebut menyalahi kontrak akuisisi pembelian Twitter oleh Elon Musk. Sebab, dalam kesepakatan, Twitter perlu mendapatkan persetujuan Musk sebelum mengubah bisnisnya saat ini, termasuk soal kebijakan PHK.

3. Harga saham Twitter anjlok

Google Finance Tangkapan layar pergerakan harga saham Twitter selama enam bulan terakhir. Harga saham Twitter ditutup di level 36,81 dollar AS pada sesi perdagangan Jumat (8/7/2022).Selain dua alasan utama yang sudah disebutkan, harga saham Twitter yang anjlok diyakini menjadi faktor eksternal di balik pembatalan akuisisi ini.

Baca Juga  Cara Memulai Bisnis Jual Beli Online Bagi Pemula

Pada sesi perdagangan Jumat (8/7/2022), saham Twitter ditutup di level 36,81 dollar AS. Harga tersebut anjlok hampir 29 persen bila dibandingkan dengan harga saham Twitter pada 25 April ketika perusahaan telah menerima tawaran Musk, yakni sebesar 51,7 dollar AS.

Karena harga sahamnya anjlok, nilai akuisis Twitter yang ditawarkan Musk dilaporkan menjadi “kemahalan”. Setidaknya begitulah kata sumber yang dekat dengan masalah ini kepada The Wall Street Journal.

Pada 13 April, ketika Elon Musk menawar mengakuisisi Twitter senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 652,6 triliun (kurs Rp 14.833). Dengan nilai akuisisi tersebut, artinya, per lembar saham Twitter dibeli Musk dengan harga 54,20 dollar AS.

Pada bulan April, secara umum, harga saham Twitter berada di level 44,48 dollar AS hingga 50,98 dollar AS per lembarnya. Harga tersebut memiliki selisih sekitar 4-10 dollar AS dari harga yang diberikan Musk.

Namun, memasuki bulan Mei hingga Juli ini, harga saham Twitter justru anjok ke level 35-40 dollar AS. Harga saham Twitter saat ini semakin memiliki selisih yang jauh dengan harga yang ditetapkan Musk di angka 54,20 dollar AS.

Inilah yang kemungkinan menyebabkan nilai akuisisi Twitter oleh Musk dinilai kemahalan.

4. Sumber pendanaan

Dana disebut-sebut juga menjadi faktor eksternal yang membuat Elon Musk memutuskan untuk membeli Twitter.

Seperti disebutkan sebelumnya, Elon Musk menawarkan untuk membeli Twitter dengan harga yang fantastis, yaitu senilai 44 miliar dollar AS. Namun, hingga kini, tidak diketahui secara pasti apakah Musk sudah benar-benar memiliki pendanaan yang cukup untuk mengakuisisi Twitter.

Namun sebelumnya, setidaknya ada tiga sumber pendanaan yang rencanya digunakan untuk membeli Twitter.

Baca Juga  Jika Impor Dibatasi, Nilai Tukar Rupiah Naik

Pada Mei 2022, Musk mengatakan kepada SEC bahwa ia memiliki kesepakatan pendanaan mencakup ekuitas senilai 33,5 miliar dollar AS.

Elon Musk juga menjual saham Tesla senilai 8,5 miliar dollar AS. Musk juga disebutkan telah mengumpulkan dana sekitar 7 miliar dollar AS dari investor, termasuk seperti Pangeran al-Waleed bin Talal dari Arab Saudi.

Bila ditotal, Musk sebenarnya telah memiliki pendanaan sebesar 49 miliar dollar AS untuk membeli Twitter, sebagaimana dihimpun dari IndianExpress.

Namun, Elon Musk mengatakan kepada SEC bahwa dia terus mencari pembiayaan tambahan dan sedang dalam pembicaraan dengan pemegang saham Twitter, termasuk mantan CEO Twitter, Jack Dorsey.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Terkait pembatalan tersebut, pihak Twitter mengatakan bahwa mereka bakal menuntut Musk dan memastikan bahwa tim Twitter akan terus berupaya untuk menyelesaikan proses transaksi dan pembelian platform tersebut oleh Musk.

Informasi tersebut disampaikan oleh ketua dewan direksi Twitter Bret Taylor melalui akun Twitter dengan handle @btaylor.

“Dewan direksi Twitter berkomitmen untuk merampungkan proses transaksi dengan harga dan persyaratan yang telah disepakati Musk sebelumnya,” ujar Taylor dalam sebuah twit.

“Kami berencana mengambil jalur hukum untuk menegakkan perjanjian dalam proses akuisisi Twitter oleh Musk ini dan kami yakin pasti akan menang,” imbuh Taylor.

Sebelumnya, Dewan Twitter merilis pernyataan yang meminta Musk menghormati perjanjian merger.

“Dewan dan Musk menyetujui transaksi dengan harga 54,20 per lembar saham. Kami percaya perjanjian ini untuk kepentingan terbaik bagi semua pemegang saham. Kami bermaksud untuk menutup transaksi dan menegakkan perjanjian merger,” demikian pernyataan dewan Twitter pada Mei 2022.

Menurut CNN Business, kata “menegakkan perjanjian” dalam pernyataan itu menyiratkan bahwa Twitter siap menuntut Musk dan mendesaknya menindaklanjuti akuisisi. Sebab, jika Musk tidak melanjutkan perjanjian, dia harus membayar biaya penaltisenilai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,6 triliun.