Membacakan Optimaise Dongeng Sebelum Tidur adalah kebiasaan yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu, jauh sebelum teknologi modern hadir. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pendidikan moral, budaya, dan emosi bagi anak-anak. Namun, bagaimana sebenarnya asal-usul kebiasaan mendongeng sebelum tidur ini muncul dan berkembang hingga menjadi bagian penting dari kehidupan keluarga di berbagai belahan dunia?
Table of Contents
ToggleJejak Awal: Dongeng Sebagai Warisan Lisan di Peradaban Kuno
Dongeng memiliki akar sejarah yang panjang, bahkan sebelum manusia mengenal tulisan.
Pada masa peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir, dan Yunani, cerita disampaikan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh para pendongeng, pujangga, atau penutur rakyat.
Fungsi utama dongeng saat itu adalah menghibur sekaligus mendidik.
Cerita sering kali mengandung pesan moral, nilai kepahlawanan, dan ajaran spiritual yang mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Contohnya, di Yunani kuno, kisah-kisah seperti Aesop’s Fables digunakan untuk mengajarkan kebijaksanaan melalui tokoh hewan seperti singa, tikus, dan kura-kura.
Di Mesir kuno, dongeng juga menjadi bagian dari ritual pendidikan keluarga bangsawan.
Papirus kuno yang ditemukan di abad ke-13 SM mencatat kisah “Dua Saudara”, yang mengandung nilai tentang kesetiaan dan keadilan.
Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal, dongeng berfungsi lebih dari sekadar hiburan — ia adalah cerminan budaya dan nilai sosial masyarakat.
Dongeng dalam Tradisi Timur dan Nusantara
Berbeda dengan Eropa, di kawasan Asia, termasuk Indonesia, dongeng berkembang melalui budaya tutur rakyat.
Cerita rakyat atau folklor seperti Malin Kundang, Timun Mas, dan Si Kancil menjadi sarana untuk menanamkan nilai moral, hormat kepada orang tua, serta pentingnya kejujuran dan kerja keras.
Menurut penelitian Balai Bahasa Kemendikbud, sebagian besar dongeng Nusantara awalnya disampaikan pada malam hari oleh orang tua, kakek, atau nenek kepada anak-anak di rumah panggung atau beranda rumah.
Waktu malam dipilih karena menjadi saat paling tenang untuk mendengarkan cerita, sekaligus mempererat hubungan emosional antaranggota keluarga.
Dongeng dalam tradisi Timur sering juga mengandung unsur spiritual dan mitologis.
Misalnya, cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan mengandung pesan tentang tanggung jawab dan kejujuran, sedangkan kisah Legenda Danau Toba mengajarkan pentingnya menghormati janji dan menjaga rahasia.
Selain di Indonesia, budaya mendongeng sebelum tidur juga dikenal di Jepang dengan istilah Otogibanashi, di Tiongkok dengan Shenhua, dan di India dengan kisah Panchatantra — semua berfungsi sebagai sarana pendidikan moral anak.
Baca Juga: Pengalaman Menyenangkan Perjalanan dengan Travel Malang Surabaya
Masa Eropa Abad Pertengahan: Dongeng Masuk ke Dunia Sastra
Tradisi mendongeng di Eropa mulai terdokumentasi luas pada abad ke-17 hingga 18, ketika para penulis mulai mengumpulkan cerita rakyat dan menerbitkannya dalam bentuk buku.
Salah satu tokoh paling berpengaruh adalah Charles Perrault, penulis Prancis yang memperkenalkan kisah klasik seperti Cinderella, Sleeping Beauty, dan Little Red Riding Hood.
Cerita-cerita ini awalnya ditujukan untuk orang dewasa, tetapi kemudian diadaptasi menjadi kisah anak-anak dengan versi yang lebih lembut dan edukatif.
Pada abad ke-19, Jacob dan Wilhelm Grimm, atau yang dikenal sebagai Grimm Brothers, mengumpulkan ratusan cerita rakyat Jerman dan Eropa Tengah, termasuk Hansel and Gretel, Rapunzel, dan Snow White.
Dongeng-dongeng ini disusun ulang dengan gaya naratif sederhana, menjadikannya populer di kalangan keluarga sebagai bacaan sebelum tidur.
Menariknya, pada masa itu, kegiatan membaca dongeng sebelum tidur mulai menjadi simbol kasih sayang dalam keluarga bangsawan Eropa.
Buku-buku dongeng bergambar pun mulai diproduksi massal di Inggris dan Prancis, menandai pergeseran dongeng dari budaya lisan menjadi budaya literasi keluarga.
Warisan yang Tak Lekang Waktu
Mengenal sejarah dan asal-usul dongeng sebelum tidur mengingatkan kita bahwa tradisi ini bukan sekadar hiburan anak, melainkan bentuk komunikasi budaya dan cinta yang paling manusiawi.
Setiap kisah, dari Timun Mas hingga Cinderella, membawa pesan abadi: bahwa kebaikan, kejujuran, dan harapan selalu menjadi bagian penting dari perjalanan hidup manusia.
Mendongeng sebelum tidur bukan hanya kegiatan untuk anak — tetapi juga cara bagi orang tua untuk mewariskan nilai, imajinasi, dan kebijaksanaan lintas generasi seperti penjelasan dari stpjakarta.ac.id.
 
					


